MEMBANGUNG
SDM DAN PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS DI INDONESIA
Mata
Kuliah : Character Building
Disusun
oleh :
1. Ilman
Supriatman (43140108)
2. Deasy
Mandasari (61150016)
3. Kiki
Trianti (61150020)
4. Eva
Yulistyorini (61150069)
5. Novi
Fansiska (61150015)
6. Frans
Cristian S (43140014)
BINA SARANA INFORMATIKA
Jalan Kamal Raya No.18, Ringroad Barat, Cengkareng, Jakarta Barat
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami ucapkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan observasi dalam bentuk makalah tentang Membangun
SDM dan Pendidikan yang Berkualitas di Indonesia.
Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancarkan pembuatan laporan ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Dirgahayu selaku dosen pembimbing, para narasumber, kepada orang
tua, dan juga kepada teman-teman semua
yang telah bekerjasama dan penuh semangat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Character
Building ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar bisa kami jadikan pelajaran untuk selanjutnya. Akhir kata
kami berharap semoga laporan tentang Membangun SDM dan Pendidikan yang
Berkualitas di Indonesia ini dapat bermanfaat maupun menjadi inspirasi
bagi para pembaca. Terimakasih.
Jakarta,
23 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR
ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah
............................................................................ 4
1.3. Pembatasan Masalah
........................................................................... 4
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
........................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Sumber Daya Manusia
........................................................................ 6
A. Pengertian Sumber Daya Manusia
................................................ 6
B. Pentingnya Sumber Daya Manusia
............................................... 8
2.2. Pendidikan
........................................................................................... 8
A. Pengertian Pendidikan
................................................................... 8
B. Tujuan Pendidikan
......................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS
3.1. Pembahasan
......................................................................................... 14
A. Pendidikan
..................................................................................... 14
B. Karakteristik
.................................................................................. 16
C. Kesehatan
...................................................................................... 17
3.2. Hasil Observasi
A. Observasi I
.................................................................................... 18
B. Observasi II ................................................................................... 20
C. Observasi III
.................................................................................. 25
3.3. Analisis
................................................................................................ 27
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
......................................................................................... 30
4.2. Saran
................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................... 32
LAMPIRAN-LAMPIRAN
................................................................................ 33
PROFIL SINGKAT PENULIS
......................................................................... 35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Perioritas pembangunan nasional diletakkan pada
bidang ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),
terlebih dalam menghadapi era globalisasi, khususnya perdagangan bebas di
kawasan ASEAN 2003 dan di kawasan Asia-Pasifik 2020, yang diwarnai dengan
persaingan yang ketat dan menentukan jati diri suatu bangsa di antara
bangsa-bangsa maju lainnya di dunia. Dalam mengisi otonomi daerah, peningkatan
kualitas SDM mutlak diperlukan. Hal ini terbukti dengan banyaknya dibuka
program-program pendidikan lanjutan seperti Pascasarjana (S2/S3) dalam berbagai
bidang studi yang pada tahun 1990-an hanya ada di ibu kota (Jakarta) dan
kota-kota besar di pulau Jawa. Era globalisasi membuka mata kita untuk melihat
ke masa depan yang penuh tantangan dan persaingan.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu
faktor penting dalam pembangunan. Secara makro, faktor-faktor masukan
pembangunan, seperti sumber daya alam, material dan finansial tidak akan
memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan rakyat bila tidak
didukung oleh memadainya ketersediaan factor SDM, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Namun, saat ini SDM di Indonesia masih belum memiliki kualitas yang
dapat mendukung laju pertumbuhan ekonomi secara maksimal. Hal ini disebabkan
oleh berbagai hal, dari masalah pendidikan, kesejahteraan social,
ketenagakerjaan, dan lain sebagainya.
Tenaga kerja atau karyawan adalah merupakan factor
produksi yang bersifat senantiasa bergerak dan selalu berubah-ubah, mempunyai
akal dan perasaan serta motivasi, jika tenaga kerja sebagai factor produksi
merasa senang bekerja dengan penuh semangat dan bergairah, maka dapat
dipastikan bahwa tujuan yang telah ditetapkan perusahaan atau organisasi akan
semakin mudah tercapai. Sebab kebaikan daripada kinerja seorang karyawan salah
satunya bisa ditilik dari riwayat pekerjaannya, yang dimaksud dalam hal ini
adalah pengalaman, namun hal tersebut
tidak selalu menjamin kinerja yang lebih baik. Sering terjadi bahwa seorang
yang belum dapat dikatakan berpengalaman ternyata justru memiliki tingkat
kinerja yang lebih baik. Tentu semakin lama tingkat kompetensi semakin tinggi,
persaingan antar pegawai semakin lama semakin ketat. Maka dibutuhkanlah sebuah
tingkat pendidikan yang lebih memumpuni, yang lebih mampu bersaing untuk
memasuki dunia keorganisasian dengan lebih baik, ditambah lagi dengan
ketrampilan, kecakapan dan kecekatan. Tentu saja pengalaman memang penting,
namun akan lebih optimal jika diimbangi dengan tingkat pengetahuan yang terus
diperbaharui. Mengapa? Karena ilmu pengetahuan terus menerus berkembang.
Walaupun pengalaman kerja merupakan factor yang penting, namun ada juga
perusahaan yang tidak begitu mengutamakan pengalaman kerja dalam penarikan tenaga
baru. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan bahwa tanpa pengalaman kerja,
tenaga kerja tersebut dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan atau kehendak
perusahaan. Bilamana perusahaan menginginkan untuk membentuk seorang karyawan,
maka yang dibutuhkan adalah tingkat pendidikan karyawan yang dibutuhkan oleh
perusahaan.
Dalam pendidikan terdapat proses yang terus menerus
berjalan dan bukan sesaat saja. Namun pendidikan juga bisa disebut sebagai
usaha untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya
penguasaan teori untuk memutusakan persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan
pencapaian tujuan perusahaan. Kinerja pegawai sendiri dapat dijelaskan ke dalam
beberapa hal, yaitu kinerja individu yang berfungsi untuk menilai pekerjaan pegawai
pada suatu perusahaan.
Kebijakan pembangunan nasional dengan beroegang pada
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daaerah membawa perubahan
strategic pda kualitas SDM yang diperlukan setiap daerah untuk dapat bersaing
secara positif dengan daerah lain di Indonesia. Berbagai upaya perlu dilakukan
untuk mewujudkan kualitas SDM. Pendidikan merupakan salah satu upaya utama
untuk mengimplikasikan keinginan tersebut, namun juga memerlukan waktu yang
cukup lama dan biaya yang besar. Berbagai jenis dan jenjang pendidikan
ditawarkan oleh pemerintah. Peningkatan kualitas SDM merupakan tanggung jawab
semua pihak. Dengan demikian, pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah
satu keberhasilan suatu negara/daerah.
Pemerintah khususnya Depdiknas sejak PJP I telah
mengatur strategi dasar dalam pengembangan SDM melalui pemerataan relevansi,
dan kualitas serta manajemen pendidikan. Ditambah dengan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2001 tentang Otonomi Daerah bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), diatur setiap lini dengan kurikulum
yang bernuansa Islami, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke jenjang
pendidikan tinggi. Dengan demikian, diharapkan kualitas SDM akan meningkat baik
segi intelektual, moral, maupun spiritual.
Tetapi pendidikan di Indonesia semakin hari
kualitasnya semakin rendah. Berdasarkan Survey United Nation Educational,
Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di
Negara-negara berkembang di Asia Pasific, Indonesia menempati peringkat 10 dari
14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kualitasnya berada pada level 14
dari 14 negara berkembang.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para
pendidik seringkali memaksa kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan,
minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Pendidikan seharusnya memperhatikan
kebutuhan siswanya bukan justru memaksakan sesuatu yang membuat para siswa
kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan
memberikan kesempatan pada siswa untuk kreatif, itu harus dilakukan sebab pada
dasarnya gaya berfikir siswa tidak bisa diarahkan.
Selain kurang kretifnya para pendidikan dalam
membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat protet kehidupan semakin
buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa
memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan tidak mampu
menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di Jakarta
dan tidak memperhatikan kondisi dimasyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya
pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri,
padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas pendidikan Indonesia
sangat memprihatinkan. Berdasarkan analisa dari badan pendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia
menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pasifik. Posisi
tersebut menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru
merdeka beebrapa tahun lalu, sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia
berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Ini juga kesalahan
negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
1.2.
Identifikasi
Masalah
Adapun identifikasi masalah
antara lain :
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan dan SDM
di Indonesia
2.
Pengaruh pendidikan bagi masyarakat dalam
meningkatkan kualitas SDM
3.
Hal-hal yang menjadi perbedaan antara kualitas
pendidikan di kota dengan di desa
4.
Dampak pendidikan bagi SDM di Indonesia
4.3.
Pembatasan
Masalah
Dalam kajian ini penulis membatasi penelitian dari
segi pendidikan dan SDM yang berkualitas di Jakarta khususnya wilayah Jakarta
Barat serta perkembangannya sampai dengan
sekarang ini dan perbedaan karakter antara masyarakat yang mempunyai
pendidikan menengah ke atas hingga menengah ke bawah
4.4.
Tujuan
dan Manfaat Penelitian
A.
Tujuan
:
Adapun tujuan penelitian ini
1. Mengetahui
mutu pendidikan di Indonesia saat ini.
2. Mengetahui
pengaruh pendidikan pada SDM di Indonesia
3. Mengetahui
cara meningkatkan pendidikan di Indonesia
4. Mengetahui
cara meningkatkan SDM di Indonesia
5. Mengetahui
dunia kerja dan pendidikan seberapa berpengaruh pada seorang karyawan
6. Mengetahui
perasaan seorang anak yang tidak bersekolah.
B.
Manfaat
:
1. Kita
bisa mengetahui perkembangan pendidikan di Jakarta cukup berkualitas untuk
menghadapi Era Globalisasi
2. Kita
bisa mengetahui bahwa SDM di Indonesia tidak kalah saing dengan SDM dari negara
lain
3. Kita
bisa mengetahui berbagai karakter masyarakat yang mempuyai pedidikan menengah
ke bawah hingga menengah ke atas dan
juga masyarakat yang mempunyai lingkungan mendudukung
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
2.1.
Sumber
Daya Manusia
Pada era pembangunan jangka panjang, telah ada
komitmen kuat para penyelenggara Negara dan rakyat Indonesia untuk secara
konsisten meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Namun tujuan dan
sasaran pembangunan tidak mungkin di wujudkan apabila manusia-manusia yang
melaksanakan pembangunan itu tidak berkualitas. Bahkan baiknya program pembangunan,
jika sumber daya manusia yang tidak memenuhi criteria kualitas fisik
(kesehatan) dan kualitas intelektual (pengetahuan dan keterampilan), maka
mustahil untuk terus maju dan berkembang di masa yang akan dating.
Dengan demikian menunjukkan bahwa kualitas sumber
daya manusia sangat dibutuhkan. Sumber daya manusia sednri adalah seluruh
kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam seuatu wilayah tertentu
beserta karakteristik atau ciri demografis, social maupun ekonominya yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan.
Oleh karena itu, sumber daya manusia yang ada
hendaklah dikembangkan sedemikian rupa guna mencapai kesejahteraan.
Pengembangan SDM ini amat di perlukan karena memiliki aspek yang penting bagi
peningkatan produktivitas SDM dan juga memiliki tujuan-tujuan tertentu yang
pastinya harus dicapai demi kemajuan pembangunan suatu bangsa.
A.
Pengertian
Sumber Daya Manusia
Untuk
memahami pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) perlu dibedakan antara
pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua
manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas
wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah
maupun memperoleh pekerjaan.
Di
samping itu SDM secara makro berati juga penduduk yang berada dalam usia
produktif, meskipun karena berbagai sebab dan masalah masih terdapat yang belum
produktif karena belum memasuki lapangan kerja yang terdapat dimasyarakatnya.
SDM
dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau orang yang bekerja atau
mmenjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan,
pekerja, tenaga kerja dan lain-lain. Sedang secara lebih khusus SDM dalam arti
mikro di lingkungan sebuah organisasi/perusahaan pengertiannya dapat dilihat dari
tiga sudut :
a. SDM
adalah orang yang bekerja dan berfungsi sebagai asset organisasi yang dapat
dihitung jumlahnya.
b. SDM
adalah potensi yang menjadi motor penggerak organisasi.
c. Manusia
sebagai sumber daya adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai
penggerak organisasi berbeda dengan sumber daya lainnya.
d. Nilai-nilai
kemanusiaan yang dimilikinya mengharuskan sumber daya manusia diperlakukan
secara berlainan dengan sumber daya lainnya.
Berikut
pengertian Sumber Daya Manusia menurut beberapa para ahli :
a. M.T.E
Hariandja (2002, h 2) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu factor yang
sangat penting dalam suatu perusahaan disamping factor yang lain seperti modal.
b. Mathis
dan Jackson (2006, h 3) Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem
formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara
efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
c. Hasibuan
(2003, h 244) Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya piker dan
daya fisik yang dimiliki individu, pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan
dan lingkugannya sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk
memenuhi kepuasannya.
Sumber
Daya Menusia atau biasa disingat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri
manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk social yang adaptif dan
transformative yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang
terkandung di dalam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan
yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian paktis sehari-hari, SDM lebih
dimengerti sebagai bagian integral dari system yang membentuk suatu organisasi.
B.
Pentingnya
Sumber Daya Manusia (SDM)
Dengan
mempelajari bagaimana pentingnya dan menangani kualitas sumber daya manusia
maka akan terwujud :
1. Meningkatnya
kualitas sumber daya manusia
2. Meningkatnya
kesejahteraan masyarakat dengan perluasan lapangan kerja
3. Meningkatkan
perlindungan dan kesejahteraan pekerja
4. Peningkatkan
kualitas transmigran
5. Pemberdayaan
kawasan transmigrasi sebagai pengembangan tanaman pangan, tanaman perkebunan
2.2.
Pendidikan
A.
Pengertian
Pendidikan
Dari
segi etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogike”. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata ”pais” yang berarti “anak” dan kata “ago” yang berarti “aku membimbing”.
Jadi paedagogike berarti aku
membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak dengan maksud
membawanya ke tempat belajar, dalam bahasa Yunani disebut “paedagogos” (Soedomo A. Hadi, 2008 : 17). Jadi pendidikan adalah
usaha untuk membimbing anak.
Pendidikan
seperti yang diungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Definisi
pendidikan lainnya yang dikemukakan oleh M.J. Langeveld (Revrisond Baswir dkk,
2003 : 108) bahwa :
1. Pendidikan
merupakan upaya membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan.
2. Pendidikan
ialah usaha untuk menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya agar
dia bisa mandiri, akil-baliq dan
bertanggung jawab.
3. Pendidikan
adalah usaha agar tercapainya penentuan diri secara etis sesuai dengan hati
nurani.
Pengertian
tersebut bermakna bahwa, pendidikan merupakan kegiatan untuk membimbing anak
manusia menuju kedewasaan dan kemandirian. Hal ini dilakukan guna membekali
anak untuk menapaki kehidupannya di masa yang akan dating. Jadi dapat dikatakan
bahwa, penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari perspektif manusia dan
kemanusiaan.
Tilaar
(2002 : 435) menyatakan bahwa “hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia,
yaitu suatu proses yang melihat manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam
eksistensinya”. Mencermati pernyataan dari Tilaar tersebut dapat diperoleh
gambaran bahwa dalam proses pendidikan, ada proses belajar dan pembelajaran,
sehingga dalam pendidikan jelas terjadi proses pembentukan manusia yang lebih
manusia. Proses mendidikan dan dididik merupakan perbuatan yang bersifat
mendasar (fundamental), karena di dalamnya terjadi proses dan perbuatan yang
mnegubah serta menentukan jalan hidup manusia.
Dalam
Undang-Undang SIsdiknas Nomor 20 Tahnun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa,
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, ecerdasan,akhlak mulisa, serta keterampilan yang diperlukan
dirinnya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pengertian
pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan
bahawa pendidikan sebagai proses yang didalamnya seseorang belajar untuk
mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku
lainnya untuk menyesuaikan dengan lingkungan dimana dia hidup. Hal ini juga
sebagaimana yang dinyatakan oleh Muhammad Saroni (2011: 10) bahwa, “Penedidikan
merupakan suatu proses yang berlangsung dalam kehidupan sebgai upaya untuk
menyeimbangkan kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri. Proses
penyeimbangan ini merupakan bentuk survive yang dilakukan agar diri dapat
mengikuti setiap kegiatan yang berlangsung dalam kehidupan”.
Beberapa
konsep pendidikan yang telah dipaparkan tersebut meskipun terlihat berbeda,
namun sebenarnya memiliki kesamaan dimana di dalamnya terdapat kesatuan
unsure-unsur yaitu : pendidikan merupakan suatu proses, ada hubungan antara
pendidik dan peserta didik, serta memiliki tujuan.
Berdasarkan
pendapat diatas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses
reorganisasi dan rekonstruksi (penyusunan kembali) pengalaman yang bertujuan
menambah efisiensi individu dalam interaksinya dengan lingkungan.
B.
Tujuan
Pendidikan
Dalam
tujuan pembangunan, pendidikan merupakan sesuatu yang mendasar terutama pada
pembentukan kualitas sumber daya manusia. Menurut Herbison dan Myers (Panpan
Achmad Fadjri, 2000: 36) “Pembangun sumber daya manusia berarti perlunya
peningkatan pengetahuan, ketrampilan dari kemmpuan semua orang dalam suatu
masyarakat”. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas benar, dan indah untuk kehidupan. Melalui pendidikan selain dapat
diberikan bekal berbagai pengetahuan, kemampuan dan sikap juga dapat
dikembangkan berbagai kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat
sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
Tujuan
pokok pendidikan adalah membentuk anggota masyarakat menjadi orang-orang yang
berpribadi, berperikemanusiaan maupun menjadi anggota masyarakat yang dapat
mendidik dirinya sesuai dengan watak masyarakat itu sendiri, mengurangi
beberapa kesulitan atau hambatan perkembangan hidupnya dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhann hidupnya maupun mengatasi problematikanya (Nazili Shaleh
Ahmad, 2011: 3).
Pentingnya
pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang mengamatkan bahwa pendidikan
merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini kemudian dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang menyebutkan bahwa, “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Mencermati
tujuan pendidikan yang disebutkan dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut dapat
dikemukakan bahwa pendidikan merupakan wahana terbentuknya masyarakat madani
yang dapat membangun dan meningkatkan martabat bangsa. Pendidikan juga
merupakan salah satu bentuk investasi manusia yang dapat meningkatkan derajat
kesejahteraan masyarakat. Kyridis, et al. (2011: 3) mengungkapkan bahwa “for many years the belief that education
can increase social equality and promote social justice, has been predominant”.
Hal senada dikemukakan oleh Herera (Muhadjir Darwin, 2010: 271) bahwa
“Melalui pendidikan, transformasi kehidupan social dan ekonomi akan membaik,
dengan asumsi bahwa melalui pendidikan, maka pekerjaan yang layak lebih mudah
didapatkan”. Dari apa yang dikemukakan oleh Kyridis dkk dan Herera tersebut
dapat member gambaran bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar
yang sangat penting dalam mencapai kesejahteraan hidup.
Todaro
& Smith (2003: 404) menyatakan bahwa “Pendidikan memainkan peran kunci
dalam membentuk kemampuan manusia untuk menyerap teknologi modern, dan untuk
mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan”. Jadi pendidikan dapat digunakan untuk menggapai kehidupan yang
memuaskan dan berharga. Dengan pendidikan akan terbentuk kappa bilitas manusia
yang lebih luas yang berada pada inti maksna pembangunan.Hal senada juga
diungkapkan oleh Bruns dkk (2003: 1) bahwa, “Education
is fundamental for the construction of globally competitive economies and
democratic societies. Education is key to creating, applying, and spending new
ideas and technologies which in turn are critical for sustained growth; it
augments cognitive and other skills, which in turn increase labor productivity”
Berdasarkan
apa yang diungkapkan oleh Barbara dkk tersebut tampak bahwa, pendidikan
merupakan dasar bagi pembangunan ekonomi dan masyarakat. Pendidikan merupakan
kunci untuk meciptakan ide-ide baru dan teknologi yang sangat penting dalam
keberlanjutan pembangunan, bahkan dengan pendidikan pula akan meningkatkan
produktivitas tenaga kerja. Dari berbagai tujuan pendidikan yang telah
dikemukakan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, tujuan pendidikan adalah
membentuk sumber daya manusia yang handal dan memiliki kemampuan mengembangkan
diri untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini berarti, dengan
pendidikan anak akan memilliki bekal kemampuan dasar untuk mengembangkan
kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara ataupun sebagai bagian
dari anggota masyarakat dunia. Dengan pendidikan pula, memungkinkan seseorang
memiliki kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik dan
sejahtera.
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
3.1.
Pembahasan
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam
pembangunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau
negara perlu diketahui keadaan sumber daya manusia yang ada di wilayah
tersebut. Semakin lengkap dan tepat data mengenani sumber daya manusia yang
tersedia, semakin mudah dan tepat pula perencanaan pembangunan yang dibuat. Hanya
dari sumber daya manusia yang berkualitas tinggilah yang dapat mempercepat
pembangunan bangsa. Jumlah penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan
kualitas yang memadai, hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas
penduduk adalah keadaan penduduk baik secara perorangan maupun kelompok
berdasarkan tingkat kemajuan yang telah dicapai.
Kualitas SDM bangsa Indonesia, dalam kategori
rendah, dan rendahnya kualitas SDM disebabkan oleh rendahnya kualitas
pendidikan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas SDM, tetapi
faktor yang dominan yaitu pendidikan, karakter manusia itu sendiri, dan
kesehatan.
A.
Pendidikan
Pada
dasarnya pendidikan dikatakan berhasil apabila sudah sesuai dengan landasan
atau dasar pembentukan tujuan pendidikan yang telah diatur oleh suatu negara.
Negara Indonesia memilliki lima landasan pendidikan yaitu :
1. Landasan
filosofis pendidikan
2. Landasan
sosiologis pendidikan
3. Lansan
cultural pendidikan
4. Landasan
psikologis pendidikan
5. Landasan
ilmiah dana teknologi.
Landasan inilah yang menjadi acuan dalam
pelaksanakan pendidikan di Indonesia, namun pada realitas yang ada saat ini
bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih berpendidikan rendah dan hal inilah
yang membuat dampak negative terlambatnya pergerakan maju Negara Indonesia
mengingatkan pendidikan merupakan unsure fundamental dalam hal pemajuan suatu
negara. Artinya jika mutu pendidikan ingin mencapai tingkat pencapaian terbaik
maka sumber daya manusia pun harus ditingkatkan. Tentu saja meningkatkan mutu
sumber daya manusia harus melalui proses pendidikan pula, bukan secara
tiba-tiba.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan
tingkat pendidikan penduduk di Indonesia masih relative rendah tersebut, antara
lain :
1. Efektifitas
pendidikan di Indonesia
2. Efisiensi
pengajaran di Indonesia
3. Standardisasi
pendidikan di Indonesia
4. Keterbatasan
aksesibilitas dan daya tampung
5. Rendahnya
kualitas secara fisik
6. Rendahnya
kualitas guru
7. Rendahnya
kesejahteraan guru
8. Rendahnya
mutu SDM pengelola pendidikan
9. Kurangnya
pemerataan kesempatan pendidikan
10. Rendahnya
relevansi pendidikan dengan kebutuhan
11. Mahalnya
biaya pendidikan
12. Rendahnya
prestasi siswa
Secara keseluruhan permasalahan tersebut
terjadi dalam system pendidikan formal yang selama ini pendidikan formal
tersebut menjadi poros utama pendidikan di Indonedia. Pada dasarnya ada
alternative-alternatif model pendidikan seperti pendidikan nonformal atau
informal. Tapi kedua garis besar alternative pendidikan tersebut belum banyak
tersentuh serta pengayoman terhadap produk-produk alternative pendidikan
terseut belum dapat ternaungi dengan baik oleh pemerintah. Bila mana saat ini
kita dapat bercermin ke realitas kehidupan masyarakat Indonesia maka tidak
mungkin masyarakat Indoensia mampu masuk atau berproses di pendidikan formal
yang kandidatnya pada masa saat ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk
berproses didalamnya. Pada saat ini ada dua garis besar masalah pokok setelah
diatas dijabarkan beberapa poin masalah diatas yaitu bagaimana seluruh komponen
masyarakat dapat berproses ke ruang pendidikan dan yang kedua yaitu bagaimana
pendidikan yang dilalui dapat membekali peserta didik dalam terjun di kehidupan
kekinian. Penyesuaian pendidikan terhadap perkembangan zaman atau kebutuhan
diharapkan dapat mampu mencetak masyarakat yang tangguh dan kuat pada ranah
persaingan bebas saat ini.
B.
Karakteristik
Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkarakter sangat diperlukan bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan berbudaya untuk masa depan. Masa depan
sangat dipengaruhi bahkan ditentukan oleh perilaku (etiquette) sebagai manifestasi nilai (nilai) yang dipahami saat ini. Sedangkan perilaku itu sendiri
bukanlah suatu yang instan, melainkan suatu keadaan yang sangat relative karena
tergantung dinamika yang bersifat antropologis berkaitan dengan nilai-nilai
kolektif dan berkolaborasi masalah ekonomi, politik, social, cultural, dan
masalah lainnya. Ada sebagian masyarakat memberikan panilaian bahwa system
pendidikan di Indonesia kurang mampu menciptakan budaya unggul. Penilaian ini
sebagai reaksi dan sekaligus gugatan terhadap kenyataan sehari-hari,
lebih-lebih kalau melihat perilaku elit di panggung politik. Kiprah politisi
lebih menghadirkan kegaduhan daripada sugesti untuk membangun budaya unggul,
yang menekankan kerja keras, jujur disiplin, rasa tanggung jawab, rasa
bersalah, saling menghormati dan menghargai. Sebagai refleksi dari lemahnya
budaya unggul terlihat jelas pula pada sikap melepas tanggung jawab, cenderung
saling menyalahkan, tidak berani menghadapi risiko dan tantangan, menggrogoti
sikap saling percaya, dan kehilangan krasi serta inovasi. Ciri-ciri karakter
SDM yang kuat antara lain :
a. Religious
: Memiliki sikap hidup dan kepribadian yang taat beribadah, jujur, terpercaya,
dermawan, saling tolong menolong, dan toleran.
b. Moderat : Memiliki
sikap hidup yang tidak radikal dan tercermin dalam kepribadian yang tengadah
antara individu dan social, berorientasi materi dan rohani serta mampu hidup
dan kerjasama dalam kemajemukan.
c. Cerdas
: Memiliki sikap hidup dan kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka, dan
berpikiran maju.
d. Mandiri
: Memiliki sikap hidup dan kepribadian merdeka, disiplin tinggi, hemat,
menghargai waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan memiliki cinta kebangsaan
yang tinggi tanpa kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan
hubungan antar peradaban bangsa-bangsa.
Berbicara pembentukan kepribadian tidak
lepas dengan bagaimana kita membentuk karakter SDM. Pembentukan karakter SDM
menjadi vital dan tidak ada pilihan lagi untuk mewuudkan Indonesia baru, yaitu
Indonesia yang dapat menghadapi tantangan regional dan global. Tantangan
regional dan global yang dimaksud adalah bagaimana generasi muda kita tidak
sekedar memiliki kemampuan kognitif saja, tapi aspek afektif dan moralitas juga
tersentuk. Untuk itu, pendidikan karakter diperlukan untuk mencapai manusia
yang memiliki integritas nilai-nilai moral sehingga anak menjadi hormat sesame,
jujur dan peduli dengan lingkungan.
C.
Kesehatan
Kesehatan
penduduk merupakan factor yang perlu untuk ditingkatkan sebab jika penduduk
terus-terusan sakit, akan berpengaruh terhadap tingkat produktvitas. Artinya,
semakin banyak penduduk yang sakit, maka akan semakin rendah kualitas penduduk
berdasarkan tingkat kesehatan.
Kondisi
kesehatan dan gizi anak di Indonesia masih memprihatinkan. Rendahnya cakupan
dan kualitas penyelenggaraan program pengembangan anak usia dini mengakibatkan
kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan yang ditunjukkan dengan rendahnya
derajat kesehatan dan gizi. Rendahnya derajat kesehatan dan gizi pada anak usia
dini lebih banyak terjadi pada anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan
yang tinggal di wilayah pedesaan, serta di wilayah dengan penyediaan layanan
social dasar yang tidak memadai.
3.2.
Hasil
Observasi
A.
Observasi I
Hari/Tanggal : Senin/14
November 2016
Tempat : Restaurant Cepat Saji daerah Kebon Jeruk
Narasumber : Siti
Maesaroh Afnita
Pewawancara : -
Novi Fansiska
-
Frans Cristian S.
1.
Sudah berapa lama anda bekerja?
Kurang lebih selama dua tahun
2.
Untuk menjadi seoarang karyawan ijasah
apa yang anda gunakan?
Saya menggunakan ijazah lulusan SMK
3.
Mengapa anda memilih langsung bekerja
daripada melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi?
Karena saya tahu perekonomian di
keluarga saya kurang memadai untuk saya berpendidikan yang lebih tinggi jadi
saya memutuskan untuk bekerja.
4.
Dengan lulusan saat ini, apakah nantinya
anda ingin melanjutkan pendidikan?
Jika ada rejeki saya ingin
melanjutkannya.
5.
Selama menjalani pendidikan tersebut,
apakah anda memiliki kendala?
Mungkin kendalanya di materi
pelajarannya yang sulit untuk dipahami.
6.
Bagaimana menurut anda karakteristik
pelajar jaman sekarang?
Jika kita ambil segi positifnya pelajar
sekarang lebih kreatif.
7.
Mengapa anda memilih pekerjaan ini?
Karena hanya lulusan SMA hanya ini yang saya
bisa.
8.
Apakah pendapatan yang anda dapat bisa
memenuhi kebutuhan anda setiap harinya?
Lebih dari cukup.
9.
Apakah ada perbedaan dari diri anda saat
menjalani pendidikan dengan sekarang yang sudah terjun di dunia pekerjaan?
Kalau bekerja kita dituntut rapi dan
menjalankan prosedur tetapi mendapatkan uang. Sedangkan saat menjadi pelajar
kita belajar lama tetapi tidak mendapatkan uang.
10. Persaingan
yang bagaimana dengan sesama karyawan di dalam sebuah pekerjaan yang sama?
Persaingannya mungkin di cara kerja,
kedisipinannya, kejujuran dan masing-masing wataknya berbeda.
11. Bagaimana
keluh kesah anda selama menjadi karyawan?
Disini manajemennya sih terkadang
loyalitasnya tidak dihargai.
B. Observasi II
Hari/Tanggal : Jumat, 18 November 2016
Tempat : Suku Dinas Pendidikan Wilayah
I Kota Administrasi Jakarta Barat, Kantor Walikota Jakarta Barat
Narasumber : Bapak H. Muh. Roji (Kepala Suku Dinas
Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Barat)
Pewawancara : -
Novi Fansiska - Eva
Yulistyorini
- Deasy
Mandasari - Ilman Supriatman
- Kiki Trianti - Frans Cristian S.
1. Bagaimana
mutu pendidikan di Indonesia saat ini?
Pendidikan
di Indonesia sudah cukup baik bisa kita lihat dari segi prestasi anak-anak
Indonesia banyak yang berprestasi baik di tingkat Nasional maupun di tingkat
Internasional.
2.
Apakah keadaan lingkungan pendidikan di
kota berbeda dengan keadaan pendidikan di desa?
Jelas
berbeda pendidikan di kota umumnya jauh lebih baik dilihat dari segi standar
sarananya lebih baik sementara di desa masih banyak keterbatasan sarana dan
prasarananya salah satunya yaitu sarana ruang kelasnya terbatas, juga sarana
laboratorium untuk anak-anak kurang memadai dan yang tidak kalah pentingnya
yaitu sarana teknologi sumber informasi, internet belum memasuki wilayah di
desa-desa.
3.
Bagaimana nasib pendidikan di pelosok
atau di perbatasan nusantara?
Jika berbicara nasib pendidikan di
pelosok atau diperbatsan nusantara jauh lebih menyedihkan karena biasanya
mereka jauh lebih tertinggal.
4.
Faktor apa saja yang mempengaruhi
pendidikan di Indonesia?
Faktor
yang mempengaruhi antara lain; factor ekonomi, ketersediaan tenagakerja (guru),
factor sarana dan prasana. Sebenarnya jika ingin di bedah kembali, ada 8
standar nasional pendidikan antara lain; standar pembiayaan (ekonomi), standar
sarana, standar pendidik (guru), standar proses, standar kurikulum, standar
kelulusan, standar penilaian (Ujian Nasional), dan standar isi. Tetapi dalam
berproses tidak semuanya standar, saat di
daerah-daerah kekurangan sarana prasana maupun pendidik sedangkan di DKI
Jakarta sendiri semuanya serba berlimpah, itu yang menyebabkan tidak merata
antara di desa dan dikota.
5.
Apa tujuan sebenarnya pendidikan di
Indonesia?
Tujuan
pendidikan di Indonesia sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disitu dikatakan bahwa, “Tujuan pendidikan nasional adalah
untuk membentuk manusia Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki kecerdasan, dan berakhlak mulia”
6.
Sejauh mana peran pemerintah dalam
mengembangkan pendidikan di Indonesia?
Peran pemerintah dalam mengembangkan
pendidikan di Indonesia tentu sangat penting karena sesuai amanat UUD 1945
bahwa, “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak” itu tugas
pemerintah harus menyediakan anggaran minimal 20% untuk alokasi pendidikan
melalui APBN. Untuk DKI Jakarta sendiri APBD sudah sekitar 27%. Pemerintah saat
ini sudah cukup berperan dengan membangun sekolah, mengadakan pengangkatan
recruitment pengangkatan guru, menambah fasilitas arana pembelajaran, dan bukan
hanya pemerintah melainkan lembaga-lembaga pendidikan swasta yang mengadakan
pendidikan sekolah-sekolah swasta.
7.
Siapa yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan di Indonesia?
Pemerintah, dalam hal ini di
implementasikan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sementara di
Pemerintahan Daerah melalui Gubernur atau Bupati Walikota, Bupati Walikota
melalui Kepala Dinas Pendidikan.
8.
Bagaimana program pemerintah dalam
pendidikan di Indonesia?
Programnya disusun berdasarkan Program
Rencana Kerja Pembangunan Pemerintah jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek. Jika dahulu ada namanya GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara).
9.
Sekarang ini banyak anak-anak yang putus
sekolah atau bahkan tidak bersekolah sama sekali dan bisa dirata-ratakan yang
menjadi penyebabnya karena factor ekonomi, bagaimana tindakan pemerintah dalam
mengahadapi permasalahan tersebut?
Tidak menutup mata memang sekarang masih
banyak yang tidak bersekolah karena tidak mampu. Alhamdulillah untuk di DKI Jakarta
sendiri sudah memilki program wajib belajar 12 tahun, artinya anak-anak yang
usianya 15,16,17,18 tahun harus bersekolah, jika terdapat diketahui ada anak
yang tidak bersekolah pemerintah melalui pemda DKI wajib mengambil anak itu
lalu dimasukkan ke Panti Asuhan dan kemudian di sekolahkan, jika memang tidak
kemungkinan tinggal di panti atau tinggal di rumah orangtuanya wajib bersekolah
kalaupun tidak bersekolah paling tidak wajib mengikuti program paket
kesetaraan, Jika belum lulus SD wajib mengikuti ujiankesetaraann Paket A, yang
belum lulus SMP wajib mengikuti ujian kesetaraan Paket B, yang belum lulus
SMA/SMK bisa mengikuti ujian kesetaraan Paket C. Dan untuk DKI Jakarta sendiri
oleh Pemda sudah di danai melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP) dapat mendorong
anak-anak tetap bisa bersekolah baik di negeri maupun swasta.
10. Dan
mengapa pendidikan di Indonesia masih terhalang dengan yang namanya ekonomi?
Saya belum mengamati sebenarnya. Memang
di Indonesia terkendalanya dari factor lingkungan tadi kadang-kadang orangtua
murid/masyarakat yang putus sekolah terbentur biaya, yang kedua letak
sekolahnya jauh dari rumahnya jadi transportasipun sulit biasanya ini terjadi
di pedesaan. Kalau untuk Wilayah DKI Jakarta sudah tidak ada lagi yang memiliki
hambatan factor ekonomi bahkan di Kepulauan Seribu yang masih masuk wilayah DKI
Jakarta yang termasuk wilayah terpencil ada kewajiban pemerintah DKI melalui
Bupati Kepulauan Seribu mewajibkan tetap harus sekolah. Dengan cara mengikuti
program Paket C yang tidak harus bersekolah setiap hari dan bahkan paginya dia
bisa usaha dan siangnya bisa mengikuti di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat).
11. Jika
banyak anak-anak yang tidak bersekolah seperti sekarang ini bagaimana kualitas
SDM di Indonesia ke depannya?
Ya yang pasti Indonesia ke depan akan
kalah bersaing dalam hal dari sisi SDM nya akan kalah tertinggal dengan bangsa
lain.
12. Seberapa
pengaruhkah pendidikan bagi SDM di Indonesia?
Jika berbicara pengaruh pendidikan bagi
SDM jelas sangat berpengaruh dalam kata lain bahwa ke depan pendidikan
merupakan kebutuhan pokok bagi setiap generasi muda untuk meningkatkan skill
kompetesinya untuk menghadapi perdagangan bebas ASEAN, untuk menghadapi dunia
yang globalisasi dan lain sebagainya.
13. Bagaimana
mutu SDM saat ini?
Jika dilihat dari sisi banyak sedikitnya
orang pintar saat ini sudah banyak. Menurut saya mutu SDM Indonesia cukup baik,
cukup kompetitif untuk menghadapi era globalisasi, indikatornya yaitu banyak
generasi muda bangsa Indonesia yang sukses dalam hal karir maupun di dunia
bisnis atau wirausaha. Contohnya bisa kita ambil yaitu Ibu Sri Mulyani salah
satu rakyat Indonesia yang sukses dalam menangani Bank Dunia.
14. Lulusan
Sarjana Keguruan saat ini banyak, tapi masih banyak yang mengundurkan diri,
padahal di pelosok negeri (terutama yang semakin jauh dari perkotaan) masih
sangat membutuhkan tenaga pendidik. Bagaimana kita bisa menyikapi fenomena
tersebut?
Justru saat ini banyak yang latar
belakangnya bukan sarjana keguruan ingin menjadi guru. Tidak sedikit
teman-teman saya yang dari fakultas hokum gelarnya SH dan masuk ke sekolah
menjadi guru. Tapi tidak sedikit juga yang latar belakangnya guru nasibnya
bagus menjadi pengusaha, wirausahawan, karyawan dan sebagainya. Lulusan Sarjana
Keguruan tidak mau mengajar karena gaji guru yang kecil apalagi di daerah
terpencil.
15. Bagaimana
proses recruitment tenaga kerja di bidang pendidikan?
Unttuk di DKI Jakarta dilaksanakan oleh
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) untuk mengangkat tenaga honorer dengan sistem
Program Kontrak Kerja sampai dengan satu tahun dengan gaji 3.100.000.
16. Cara
pendidikan yang bagaimana untuk membenahi moral anak muda jaman sekarang yang
dapat mempengaruhi SDM di Indonesia?
Yang jelas kita lebih melalui pendidikan
karakter yang masuk didalamnya nilai-nilai di pelajaran agama, pkn, tetapi
untuk sekarang ini lebih ditekankan lagi semua guru mengajarkan nilai-nilai
kejujuran, sopan santun, etika, kasih saying, kepeduliaan, yang berintegritas.
Dan nantinya akan ada program namanya Full Day School yang didalamnya lebih mementingkan
karakter.
17. Apakah
pembenahan moral atau pendidikan karakter itu bisa di wujudkan?
Bisa saja di wujudkan yaitu melalui
pendidikan yang menanamkan nilai-nilai moral, budi pekerti. Pendidikan ini
bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggungjawab masyarakat dan
keluarga dirumah.
18. Bagaimana
kualitas SDM di Indonesia jika banyak yang hanya mengandalkan ijasah SMA atau
bahkan SMP?
Pasti akan tertinggal dengan bangsa lain
yang jelas kedepan pendidikan ini kita dituntut memiliki pendidikan setinggi-tingginya
yang memiliki kompetensi, mereka bisa dituntut untuk menjadi wirausaha atau
entrepreneurship.
19. Bagaimana
cara pemerintah meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia?
Yang pertama dengan meningkatkan
kualitas gurunya melalui diklat pelatihan guru semua mata pelajaran, cara yang
lainnya yaitu membangun sekolah-sekolah yang difasilitasi standar sarana dan
prasarana yang lengkap, dan dengan mengalokasikan anggaran yang cukup sesuai
UUD 1945.
20. Bagaimana
cara pemerintah meningkatkan mutu SDM di Indonesia?
Tidak melihat dari usia, kita berusaha
dorong untuk lanjut ke pendidikan yang lebih tinggi untuk meningkatkan mutu
SDM. Memberikan kesempatan masyarakat mengakses pendidikan sudah terbuka luas.
C. Observasi III
Hari/Tanggal : Sabtu/20
November 2016
Tempat : Sekitaran Kampus BSI
Cengkareng
Narasumber : Sri Dwi Rahmawati
Pewawancara : -
Deasy Mandasari
-
Novi Fansiska
1.
Kapan kamu terakhir merasakan bangku
sekolah?
Kelas 4 SD
2.
Apa yang membuat kamu berhenti sekolah?
Ekonomi keluarga, saat itu kendala di
pembayaran uang sekolah.
3.
Apakah ini kemauan sendiri atau memang
ada pengaruh dari orang tua?
Ini kemauan saya sendiri
4.
Bagaimana tanggapan orangtua kamu saat
kamu memutuskan berhenti sekolah?
Orangtua sebenarnya tidak setuju karena
saya hanya berada di rumah saja tidak bersekolah.
5.
Saat merasakan bangku sekolah bagaimana
suasana di sekolah kamu?
Senang, ramai, banyak ilmu yang
didapatkan.
6.
Bagaimana guru dan teman-teman yang kamu
tempati?
Berbagai macam karakter, baik ada yang
galak juga.
7.
Bagaimana perasaan kamu saat berhenti
sekolah?
Merasa bosan sebenarnya, terkadang juga
sering melihat teman setelah pulang sekolah dan memiliki keinginan untuk
bersekolah kembali.
8.
Setelah memutuskan untuk berhenti
bersekolah, apa yang kamu lakukan?
Dahulu sempat bekerja tetapi karena
jarak rumah ke tempat kerja jauh jadi saya memutuskan untuk berhenti dan
sekarang hanya bantu-bantu orang tua dirumah.
3.3.
Analisis
Dari hasil observasi dengan beberapa orang tersebut
kami menganalisis menurut Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta barat
bahwa kualitas Pendidikan di Indonesia khususnya DKI Jakarta sudah cukup baik,
dilihat dari segi anak-anak Indonesia yang berprestasi di tingkat Nasional
maupun Internasional, selain itu sarana dan prasananya sudah lengkap, kuantitas
guru yang semakin hari semakin banyak. Tetapi berbeda dengan keadaan pendidikan
di desa ataupun di daerah pelosok. Masih ada beberapa daerah yang bahkan tidak
mempunyai gedung sekolah sendiri, sarana prasarananya masih sangat minim, dan
yang lebih mirisnya lagi kuantitas guru atau pendidik disana masih sedikit,
terlebih lagi factor ekonomi pun menjadi hal utama. Untuk di DKI Jakarta
sendiri sudah ada program wajib belajar 12 tahun, dimana seluruh anak-anak
tidak memiliki alasan untuk tidak bersekolah, pemerintah menyalurkan dana
melalui APBD dan saat ini juga sudah ada program KJP (Kartu Jakarta Pintar) dan
di DKI Jakarta factor ekonomi bukanlah factor utama mengapa mereka harus putus
sekolah. Ada 8 standar nasional pendidikan antara lain :
1. Standar
pembiayaan (ekonomi)
2. Standar
sarana dan prasarana
3. Standar
pendidik (guru)
4. Standar
proses
5. Standar
kurikulum
6. Standar
kelulusan
7. Standar
penilaian
8. Standar
isi
Tujuan pendidikan di Indonesia yang sebenarnya
sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disitu dikatakan bahwa, “Tujuan
Pendidikan Nasional adalah untuk membentuk manusia Indonesia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kecerdasan dan berakhlak mulia”
Pemerintah bertanggung jawab bagi pendidikan di Indoensia. Dalam mengembangkan
pendidikan di Indonesia peran pemerintah sangat penting yang tercantum dalam
UUD 1945 Pasal 31 yang berbunyi, “Setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak” Pemerintah telah
menyiapkan anggaran untuk pendidikan melalui APBN minimal 20%, untuk wilayah
DKI Jakarta sendiri sudah hampir 27% disalurkan. Program pemerintah dalam dunia
pendidikan disusun berdasarkan Program Rencana Kerja Pembangunan Pemerintah
jangka pendek, menengah dan panjang. Untuk di DKI Jakarta sudah tidak banyak
anak-anak yang putus sekolah karena dari pihak PEMDA mewajibkan agar anak-anak
harus tetap bersekolah dengan pendidikan formal seperti sekolah-sekolah pada
umumnya ataupun pendidikan non formal seperti home schooling atau pun dengan
program paket kesetaraan.Tetapi jika kita lihat keluar masih ada beberapa anak
yang memutuskan berhenti sekolah karena factor ekonomi yang diharuskan membayar
biaya sekolah bulanan (SPP) bisa kita ambil contoh dari narasumber kita (Sri),
dia merasa malu ditegur karena menunggak pembayaran SPP dan merasa kasihan
dengan orangtuanya,akhirnya dia memutuskan untuk bekerja. Jika banyak yang
mememutuskan berhenti sekolah maka SDM di Indonesia akan kalah tertinggal
dengan bangsa lain, karena pendidikan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
SDM dalam arti lain bahwa kebutuhan pokok bagi setiap generasi muda untuk
meningkatkan skill kompetensinya untuk menghadapi perdagangan bebas ASEAN.
Untuk mutu SDM Indonesia saat ini cukup kompetitif, cukup baik untuk menghadapi
era gloalisasi, karena tidak sedikit saat ini generasi muda yang sukses. Dalam
meningkatkan SDM di Indonesia dalam bidang pendidikan di DKI Jakarta diadakan
proses recruitment keguruan yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah
(BKD) dengan sistem guru honorer atau dengan kata lain Program Kontrak Kerja
sampai dengan 1 tahun dengan gaji Rp 3.100.000,- Selain dengan proses
recruitment, untuk meningkatkan mutu SDM di Indonesia yaitu salah satunya harus
membenahi moral anak muda jaman sekarang bisa melalui pendidikan karakter
melalui mata pelajaran Agama dan PKN yang didalamnya terdapat nilai-nilai,
tetapi sekarang ini para pendidik semua mata pelajaran tanpa terkecuali di
tuntut agar mengajarkan nilai-nilai kejujuran, sopan santun, etika, kasih
sayang, kepedulian yang berintegritas dan sebagainya. Saat ini justru banyak
orang-orang yang hanya mengandalkan ijazah SMA atau bahkan SMP untuk bekerja.
Bisa kita ambil contoh pada narasumber (Afnita), dengan lulusan SMA dia bekerja
di sebuah Restaurant Cepat Saji sudah hampir dua tahun. Dia mempunyai niat
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi factor ekonomi tidak
mendukung. Jika banyak penerus bangsa yang hanya mengandalkan ijazah SMA atau
sederajat maka SDM bangsa Indonesia akan tertinggal dengan bangsa lain, jelas
kedepannya kualitas pendidikan harus ditingkatkan kembali. Cara meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia yaitu dengan meningkatkan kualitas gurunya,
menambah sarana dan prasananya, dan juga tidak kalah penting kita harus
menanamkan pendidikan karakter sejak dini agar SDM di Indonesia semakin
meningkat, jika kualitas pendidikan meningkat maka akan meningkatkan SDM
Indonesia pula.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Dari data observasi diatas dapat kami simpulkan
bahwa hal-hal yang mempengearuhi kualitas SDM yaitu salah satunya pendidikan,
jika kualitas pendidikan baik maka kualitas SDM juga akan baik. Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan bisa dilihat dari kualitas dan kuantitas
pendidiknya (guru), sarana dan prasarana dan keadaan ekonomi masyarakat.
Di Indonesia khususnya di DKI Jakarta kualitas
pendidikannya sudah cukup membaik, dilihat dari semua factor yang mempengaruhi,
dan berbagai macam program pemerintah seperti KJP, KIP, dan anggaran APBD.
Sebenarnya pemerintah sudah memfasilitasi anak-anak Indonesia dengan baik,
tetapi tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan faktor lingkungan yang baik,
sehingga secara langsung semua orang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan dan SDM. Namun dampak dari teknologi yang lebih maju
membuat karakter penerus bangsa lebih mengutamakan gaya hidup yang mewah, lebih
introvert, sehingga sulit mempunyai networking yang luas. Tetapi jika dilihat
dampak positifnya pelajar saat ini lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan
hal-hal baru.
Tetapi kualitas pendidikan dan SDM di DKI Jakarta
berbeda dengan keadaan di pedasaan ataupun pelosok yang sulit mengakses
jaringan internet, ketersediaan guru yang masih kurang bahkan ada beberapa
lulusan guru disana justru bertransmigrasi ke kota-kota besar, sarana prasarana
yang kurang bahkan ada yang tidak memiliki gedung sendiri, akses perjalanan
menuju ke sekolah pun masih sulit dijangkau. Namun mereka memiliki faktor
lingkungan yang cukup baik, karena nilai dan moral mereka masih belum
terpengaruh oleh gaya hidup yang hedonisme karena pendidikan agama mereka lebih
diutamakan dan masih melekat. Tetapi semangat mereka lebih tinggi dan bertolak
belakang dengan keadaan fasilitas disekolahnya.
4.2.
Saran
Untuk pelajar khususnya di wilayah DKI Jakarta bisa
memanfaatkan fasilitas pendidikan yang diberikan oleh pemerintah dengan
sebaik-baiknya dan tidak mengesampingkan pindidikan moral dari lingkungan
keluarga, kita bisa memulai dari diri sendiri sehingga kita bisa meningkatkan
kualitas SDM dan Pendidikan di Indonesia. Dan untuk para pendidik di desa agar
tetap terus membantu pemerintah mencerdaskan anak bangsa di daerah pelosok.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Narasumber 1 Saudari Afnita (Karyawati Swata)
2.
Narasumber 2 Bapak
H. Muh. Roji (KASUDIN Pendidikan Wilayah I Jakarta Barat)
3.
Narasumber 3 Saudari Sri (Korban Putus Sekolah)