Minggu, 22 Januari 2017

MAKALAH HASIL RISET (Membangun SDM Dan Pendidikan Yang Berkualitas Di Indonesia)

MEMBANGUNG SDM DAN PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS DI INDONESIA

Mata Kuliah : Character Building






Disusun oleh :
1.    Ilman Supriatman        (43140108)
2.    Deasy Mandasari         (61150016)
3.    Kiki Trianti                  (61150020)
4.    Eva Yulistyorini           (61150069)
5.    Novi Fansiska              (61150015)
6.    Frans Cristian S           (43140014)


BINA SARANA INFORMATIKA
Jalan Kamal Raya No.18, Ringroad Barat, Cengkareng, Jakarta Barat
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan  inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan observasi dalam bentuk makalah tentang Membangun SDM dan Pendidikan yang Berkualitas di Indonesia.
          Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancarkan pembuatan laporan ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dirgahayu selaku dosen pembimbing, para narasumber, kepada orang tua, dan  juga kepada teman-teman semua yang telah bekerjasama dan penuh semangat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Character Building ini.
          Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan  ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan tangan  terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar bisa kami jadikan pelajaran untuk selanjutnya. Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang Membangun SDM dan Pendidikan yang Berkualitas di Indonesia ini dapat bermanfaat maupun menjadi inspirasi bagi para pembaca. Terimakasih.
Jakarta, 23 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI  ....................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang ....................................................................................  1
1.2.       Identifikasi Masalah ............................................................................  4
1.3.       Pembatasan Masalah ...........................................................................   4
1.4.       Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................   5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.       Sumber Daya Manusia ........................................................................   6
A.    Pengertian Sumber Daya Manusia ................................................   6
B.     Pentingnya Sumber Daya Manusia ...............................................   8
2.2.       Pendidikan ...........................................................................................  8
A.    Pengertian Pendidikan ...................................................................  8
B.     Tujuan Pendidikan ........................................................................10
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS
3.1.       Pembahasan .........................................................................................  14
A.    Pendidikan .....................................................................................  14
B.     Karakteristik ..................................................................................  16
C.     Kesehatan ......................................................................................  17
3.2.       Hasil Observasi 
A.    Observasi I ....................................................................................   18
B.     Observasi II ...................................................................................  20
C.     Observasi III .................................................................................25
3.3.       Analisis ................................................................................................  27
BAB IV PENUTUP
4.1.       Kesimpulan .........................................................................................   30
4.2.       Saran ...................................................................................................   31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................  32
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 33
PROFIL SINGKAT PENULIS ......................................................................... 35


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang
Perioritas pembangunan nasional diletakkan pada bidang ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), terlebih dalam menghadapi era globalisasi, khususnya perdagangan bebas di kawasan ASEAN 2003 dan di kawasan Asia-Pasifik 2020, yang diwarnai dengan persaingan yang ketat dan menentukan jati diri suatu bangsa di antara bangsa-bangsa maju lainnya di dunia. Dalam mengisi otonomi daerah, peningkatan kualitas SDM mutlak diperlukan. Hal ini terbukti dengan banyaknya dibuka program-program pendidikan lanjutan seperti Pascasarjana (S2/S3) dalam berbagai bidang studi yang pada tahun 1990-an hanya ada di ibu kota (Jakarta) dan kota-kota besar di pulau Jawa. Era globalisasi membuka mata kita untuk melihat ke masa depan yang penuh tantangan dan persaingan.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Secara makro, faktor-faktor masukan pembangunan, seperti sumber daya alam, material dan finansial tidak akan memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan rakyat bila tidak didukung oleh memadainya ketersediaan factor SDM, baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun, saat ini SDM di Indonesia masih belum memiliki kualitas yang dapat mendukung laju pertumbuhan ekonomi secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, dari masalah pendidikan, kesejahteraan social, ketenagakerjaan, dan lain sebagainya.
Tenaga kerja atau karyawan adalah merupakan factor produksi yang bersifat senantiasa bergerak dan selalu berubah-ubah, mempunyai akal dan perasaan serta motivasi, jika tenaga kerja sebagai factor produksi merasa senang bekerja dengan penuh semangat dan bergairah, maka dapat dipastikan bahwa tujuan yang telah ditetapkan perusahaan atau organisasi akan semakin mudah tercapai. Sebab kebaikan daripada kinerja seorang karyawan salah satunya bisa ditilik dari riwayat pekerjaannya, yang dimaksud dalam hal ini adalah pengalaman, namun hal  tersebut tidak selalu menjamin kinerja yang lebih baik. Sering terjadi bahwa seorang yang belum dapat dikatakan berpengalaman ternyata justru memiliki tingkat kinerja yang lebih baik. Tentu semakin lama tingkat kompetensi semakin tinggi, persaingan antar pegawai semakin lama semakin ketat. Maka dibutuhkanlah sebuah tingkat pendidikan yang lebih memumpuni, yang lebih mampu bersaing untuk memasuki dunia keorganisasian dengan lebih baik, ditambah lagi dengan ketrampilan, kecakapan dan kecekatan. Tentu saja pengalaman memang penting, namun akan lebih optimal jika diimbangi dengan tingkat pengetahuan yang terus diperbaharui. Mengapa? Karena ilmu pengetahuan terus menerus berkembang. Walaupun pengalaman kerja merupakan factor yang penting, namun ada juga perusahaan yang tidak begitu mengutamakan pengalaman kerja dalam penarikan tenaga baru. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan bahwa tanpa pengalaman kerja, tenaga kerja tersebut dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan atau kehendak perusahaan. Bilamana perusahaan menginginkan untuk membentuk seorang karyawan, maka yang dibutuhkan adalah tingkat pendidikan karyawan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Dalam pendidikan terdapat proses yang terus menerus berjalan dan bukan sesaat saja. Namun pendidikan juga bisa disebut sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya penguasaan teori untuk memutusakan persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan pencapaian tujuan perusahaan. Kinerja pegawai sendiri dapat dijelaskan ke dalam beberapa hal, yaitu kinerja individu yang berfungsi untuk menilai pekerjaan pegawai pada suatu perusahaan.
Kebijakan pembangunan nasional dengan beroegang pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daaerah membawa perubahan strategic pda kualitas SDM yang diperlukan setiap daerah untuk dapat bersaing secara positif dengan daerah lain di Indonesia. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mewujudkan kualitas SDM. Pendidikan merupakan salah satu upaya utama untuk mengimplikasikan keinginan tersebut, namun juga memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang besar. Berbagai jenis dan jenjang pendidikan ditawarkan oleh pemerintah. Peningkatan kualitas SDM merupakan tanggung jawab semua pihak. Dengan demikian, pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu keberhasilan suatu negara/daerah.
Pemerintah khususnya Depdiknas sejak PJP I telah mengatur strategi dasar dalam pengembangan SDM melalui pemerataan relevansi, dan kualitas serta manajemen pendidikan. Ditambah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Daerah bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), diatur setiap lini dengan kurikulum yang bernuansa Islami, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Dengan demikian, diharapkan kualitas SDM akan meningkat baik segi intelektual, moral, maupun spiritual.
Tetapi pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah. Berdasarkan Survey United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pasific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kualitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksa kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan siswanya bukan justru memaksakan sesuatu yang membuat para siswa kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk kreatif, itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir siswa tidak bisa diarahkan.
Selain kurang kretifnya para pendidikan dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat protet kehidupan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi dimasyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan analisa dari badan pendidikan dunia  (UNESCO), kualitas para guru Indonesia menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pasifik. Posisi tersebut menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka beebrapa tahun lalu, sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
1.2.         Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah antara lain :
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan dan SDM di Indonesia
2.      Pengaruh pendidikan bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas SDM
3.      Hal-hal yang menjadi perbedaan antara kualitas pendidikan di kota dengan di desa
4.      Dampak pendidikan bagi SDM di Indonesia
4.3.         Pembatasan Masalah
Dalam kajian ini penulis membatasi penelitian dari segi pendidikan dan SDM yang berkualitas di Jakarta khususnya wilayah Jakarta Barat serta perkembangannya sampai dengan  sekarang ini dan perbedaan karakter antara masyarakat yang mempunyai pendidikan menengah ke atas hingga menengah ke bawah
4.4.         Tujuan dan Manfaat Penelitian
A.   Tujuan :
Adapun tujuan penelitian ini
1.      Mengetahui mutu pendidikan di Indonesia saat ini.
2.      Mengetahui pengaruh pendidikan pada SDM di Indonesia
3.      Mengetahui cara meningkatkan pendidikan di Indonesia
4.      Mengetahui cara meningkatkan SDM di Indonesia
5.      Mengetahui dunia kerja dan pendidikan seberapa berpengaruh pada seorang karyawan
6.      Mengetahui perasaan seorang anak yang tidak bersekolah.
B.   Manfaat :
1.      Kita bisa mengetahui perkembangan pendidikan di Jakarta cukup berkualitas untuk menghadapi Era Globalisasi
2.      Kita bisa mengetahui bahwa SDM di Indonesia tidak kalah saing dengan SDM dari negara lain
3.      Kita bisa mengetahui berbagai karakter masyarakat yang mempuyai pedidikan menengah ke bawah  hingga menengah ke atas dan juga masyarakat yang mempunyai lingkungan mendudukung



BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.         Sumber Daya Manusia
Pada era pembangunan jangka panjang, telah ada komitmen kuat para penyelenggara Negara dan rakyat Indonesia untuk secara konsisten meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Namun tujuan dan sasaran pembangunan tidak mungkin di wujudkan apabila manusia-manusia yang melaksanakan pembangunan itu tidak berkualitas. Bahkan baiknya program pembangunan, jika sumber daya manusia yang tidak memenuhi criteria kualitas fisik (kesehatan) dan kualitas intelektual (pengetahuan dan keterampilan), maka mustahil untuk terus maju dan berkembang di masa yang akan dating.
Dengan demikian menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia sangat dibutuhkan. Sumber daya manusia sednri adalah seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam seuatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri demografis, social maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan.
Oleh karena itu, sumber daya manusia yang ada hendaklah dikembangkan sedemikian rupa guna mencapai kesejahteraan. Pengembangan SDM ini amat di perlukan karena memiliki aspek yang penting bagi peningkatan produktivitas SDM dan juga memiliki tujuan-tujuan tertentu yang pastinya harus dicapai demi kemajuan pembangunan suatu bangsa.
A.    Pengertian Sumber Daya Manusia
Untuk memahami pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) perlu dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun memperoleh pekerjaan.
Di samping itu SDM secara makro berati juga penduduk yang berada dalam usia produktif, meskipun karena berbagai sebab dan masalah masih terdapat yang belum produktif karena belum memasuki lapangan kerja yang terdapat dimasyarakatnya.
SDM dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau orang yang bekerja atau mmenjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain. Sedang secara lebih khusus SDM dalam arti mikro di lingkungan sebuah organisasi/perusahaan pengertiannya dapat dilihat dari tiga sudut :
a.       SDM adalah orang yang bekerja dan berfungsi sebagai asset organisasi yang dapat dihitung jumlahnya.
b.      SDM adalah potensi yang menjadi motor penggerak organisasi.
c.       Manusia sebagai sumber daya adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai penggerak organisasi berbeda dengan sumber daya lainnya.
d.      Nilai-nilai kemanusiaan yang dimilikinya mengharuskan sumber daya manusia diperlakukan secara berlainan dengan sumber daya lainnya.
Berikut pengertian Sumber Daya Manusia menurut beberapa para ahli :
a.       M.T.E Hariandja (2002, h 2) Sumber Daya Manusia merupakan salah satu factor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping factor yang lain seperti modal.
b.      Mathis dan Jackson (2006, h 3) Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
c.       Hasibuan (2003, h 244) Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya piker dan daya fisik yang dimiliki individu, pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkugannya sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Sumber Daya Menusia atau biasa disingat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk social yang adaptif dan transformative yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di dalam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian paktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari system yang membentuk suatu organisasi.
B.     Pentingnya Sumber Daya Manusia (SDM)
Dengan mempelajari bagaimana pentingnya dan menangani kualitas sumber daya manusia maka akan terwujud :
1.      Meningkatnya kualitas sumber daya manusia
2.      Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dengan perluasan lapangan kerja
3.      Meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan pekerja
4.      Peningkatkan kualitas transmigran
5.      Pemberdayaan kawasan transmigrasi sebagai pengembangan tanaman pangan, tanaman perkebunan
2.2.         Pendidikan
A.    Pengertian Pendidikan
Dari segi etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogike”. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata ”pais” yang berarti “anak” dan kata “ago” yang berarti “aku membimbing”. Jadi paedagogike berarti aku membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar, dalam bahasa Yunani disebut “paedagogos” (Soedomo A. Hadi, 2008 : 17). Jadi pendidikan adalah usaha untuk membimbing anak.
Pendidikan seperti yang diungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Definisi pendidikan lainnya yang dikemukakan oleh M.J. Langeveld (Revrisond Baswir dkk, 2003 : 108) bahwa :
1.      Pendidikan merupakan upaya membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan.
2.      Pendidikan ialah usaha untuk menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya agar dia bisa mandiri, akil-baliq dan bertanggung jawab.
3.      Pendidikan adalah usaha agar tercapainya penentuan diri secara etis sesuai dengan hati nurani.
Pengertian tersebut bermakna bahwa, pendidikan merupakan kegiatan untuk membimbing anak manusia menuju kedewasaan dan kemandirian. Hal ini dilakukan guna membekali anak untuk menapaki kehidupannya di masa yang akan dating. Jadi dapat dikatakan bahwa, penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari perspektif manusia dan kemanusiaan.
Tilaar (2002 : 435) menyatakan bahwa “hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia, yaitu suatu proses yang melihat manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam eksistensinya”. Mencermati pernyataan dari Tilaar tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa dalam proses pendidikan, ada proses belajar dan pembelajaran, sehingga dalam pendidikan jelas terjadi proses pembentukan manusia yang lebih manusia. Proses mendidikan dan dididik merupakan perbuatan yang bersifat mendasar (fundamental), karena di dalamnya terjadi proses dan perbuatan yang mnegubah serta menentukan jalan hidup manusia.
Dalam Undang-Undang SIsdiknas Nomor 20 Tahnun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, ecerdasan,akhlak mulisa, serta keterampilan yang diperlukan dirinnya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan bahawa pendidikan sebagai proses yang didalamnya seseorang belajar untuk mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan dengan lingkungan dimana dia hidup. Hal ini juga sebagaimana yang dinyatakan oleh Muhammad Saroni (2011: 10) bahwa, “Penedidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam kehidupan sebgai upaya untuk menyeimbangkan kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri. Proses penyeimbangan ini merupakan bentuk survive yang dilakukan agar diri dapat mengikuti setiap kegiatan yang berlangsung dalam kehidupan”.
Beberapa konsep pendidikan yang telah dipaparkan tersebut meskipun terlihat berbeda, namun sebenarnya memiliki kesamaan dimana di dalamnya terdapat kesatuan unsure-unsur yaitu : pendidikan merupakan suatu proses, ada hubungan antara pendidik dan peserta didik, serta memiliki tujuan.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi (penyusunan kembali) pengalaman yang bertujuan menambah efisiensi individu dalam interaksinya dengan lingkungan.
B.     Tujuan Pendidikan
Dalam tujuan pembangunan, pendidikan merupakan sesuatu yang mendasar terutama pada pembentukan kualitas sumber daya manusia. Menurut Herbison dan Myers (Panpan Achmad Fadjri, 2000: 36) “Pembangun sumber daya manusia berarti perlunya peningkatan pengetahuan, ketrampilan dari kemmpuan semua orang dalam suatu masyarakat”. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas benar, dan indah untuk kehidupan. Melalui pendidikan selain dapat diberikan bekal berbagai pengetahuan, kemampuan dan sikap juga dapat dikembangkan berbagai kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
Tujuan pokok pendidikan adalah membentuk anggota masyarakat menjadi orang-orang yang berpribadi, berperikemanusiaan maupun menjadi anggota masyarakat yang dapat mendidik dirinya sesuai dengan watak masyarakat itu sendiri, mengurangi beberapa kesulitan atau hambatan perkembangan hidupnya dan berusaha untuk memenuhi kebutuhann hidupnya maupun mengatasi problematikanya (Nazili Shaleh Ahmad, 2011: 3).
Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang mengamatkan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini kemudian dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Mencermati tujuan pendidikan yang disebutkan dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut dapat dikemukakan bahwa pendidikan merupakan wahana terbentuknya masyarakat madani yang dapat membangun dan meningkatkan martabat bangsa. Pendidikan juga merupakan salah satu bentuk investasi manusia yang dapat meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat. Kyridis, et al. (2011: 3) mengungkapkan bahwa “for many years the belief that education can increase social equality and promote social justice, has been predominant”. Hal senada dikemukakan oleh Herera (Muhadjir Darwin, 2010: 271) bahwa “Melalui pendidikan, transformasi kehidupan social dan ekonomi akan membaik, dengan asumsi bahwa melalui pendidikan, maka pekerjaan yang layak lebih mudah didapatkan”. Dari apa yang dikemukakan oleh Kyridis dkk dan Herera tersebut dapat member gambaran bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting dalam mencapai kesejahteraan hidup.
Todaro & Smith (2003: 404) menyatakan bahwa “Pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan manusia untuk menyerap teknologi modern, dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan”. Jadi pendidikan dapat digunakan untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga. Dengan pendidikan akan terbentuk kappa bilitas manusia yang lebih luas yang berada pada inti maksna pembangunan.Hal senada juga diungkapkan oleh Bruns dkk (2003: 1) bahwa, “Education is fundamental for the construction of globally competitive economies and democratic societies. Education is key to creating, applying, and spending new ideas and technologies which in turn are critical for sustained growth; it augments cognitive and other skills, which in turn increase labor productivity”
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Barbara dkk tersebut tampak bahwa, pendidikan merupakan dasar bagi pembangunan ekonomi dan masyarakat. Pendidikan merupakan kunci untuk meciptakan ide-ide baru dan teknologi yang sangat penting dalam keberlanjutan pembangunan, bahkan dengan pendidikan pula akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dari berbagai tujuan pendidikan yang telah dikemukakan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, tujuan pendidikan adalah membentuk sumber daya manusia yang handal dan memiliki kemampuan mengembangkan diri untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini berarti, dengan pendidikan anak akan memilliki bekal kemampuan dasar untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara ataupun sebagai bagian dari anggota masyarakat dunia. Dengan pendidikan pula, memungkinkan seseorang memiliki kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik dan sejahtera.
  

BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
3.1.         Pembahasan
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui keadaan sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Semakin lengkap dan tepat data mengenani sumber daya manusia yang tersedia, semakin mudah dan tepat pula perencanaan pembangunan yang dibuat. Hanya dari sumber daya manusia yang berkualitas tinggilah yang dapat mempercepat pembangunan bangsa. Jumlah penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan kualitas yang memadai, hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas penduduk adalah keadaan penduduk baik secara perorangan maupun kelompok berdasarkan tingkat kemajuan yang telah dicapai.
Kualitas SDM bangsa Indonesia, dalam kategori rendah, dan rendahnya kualitas SDM disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas SDM, tetapi faktor yang dominan yaitu pendidikan, karakter manusia itu sendiri, dan kesehatan.
A.    Pendidikan
Pada dasarnya pendidikan dikatakan berhasil apabila sudah sesuai dengan landasan atau dasar pembentukan tujuan pendidikan yang telah diatur oleh suatu negara. Negara Indonesia memilliki lima landasan pendidikan yaitu :
1.      Landasan filosofis pendidikan
2.      Landasan sosiologis pendidikan
3.      Lansan cultural pendidikan
4.      Landasan psikologis pendidikan
5.      Landasan ilmiah dana teknologi.
Landasan inilah yang menjadi acuan dalam pelaksanakan pendidikan di Indonesia, namun pada realitas yang ada saat ini bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih berpendidikan rendah dan hal inilah yang membuat dampak negative terlambatnya pergerakan maju Negara Indonesia mengingatkan pendidikan merupakan unsure fundamental dalam hal pemajuan suatu negara. Artinya jika mutu pendidikan ingin mencapai tingkat pencapaian terbaik maka sumber daya manusia pun harus ditingkatkan. Tentu saja meningkatkan mutu sumber daya manusia harus melalui proses pendidikan pula, bukan secara tiba-tiba.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan tingkat pendidikan penduduk di Indonesia masih relative rendah tersebut, antara lain :
1.      Efektifitas pendidikan di Indonesia
2.      Efisiensi pengajaran di Indonesia
3.      Standardisasi pendidikan di Indonesia
4.      Keterbatasan aksesibilitas dan daya tampung
5.      Rendahnya kualitas secara fisik
6.      Rendahnya kualitas guru
7.      Rendahnya kesejahteraan guru
8.      Rendahnya mutu SDM pengelola pendidikan
9.      Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
10.  Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
11.  Mahalnya biaya pendidikan
12.  Rendahnya prestasi siswa
Secara keseluruhan permasalahan tersebut terjadi dalam system pendidikan formal yang selama ini pendidikan formal tersebut menjadi poros utama pendidikan di Indonedia. Pada dasarnya ada alternative-alternatif model pendidikan seperti pendidikan nonformal atau informal. Tapi kedua garis besar alternative pendidikan tersebut belum banyak tersentuh serta pengayoman terhadap produk-produk alternative pendidikan terseut belum dapat ternaungi dengan baik oleh pemerintah. Bila mana saat ini kita dapat bercermin ke realitas kehidupan masyarakat Indonesia maka tidak mungkin masyarakat Indoensia mampu masuk atau berproses di pendidikan formal yang kandidatnya pada masa saat ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk berproses didalamnya. Pada saat ini ada dua garis besar masalah pokok setelah diatas dijabarkan beberapa poin masalah diatas yaitu bagaimana seluruh komponen masyarakat dapat berproses ke ruang pendidikan dan yang kedua yaitu bagaimana pendidikan yang dilalui dapat membekali peserta didik dalam terjun di kehidupan kekinian. Penyesuaian pendidikan terhadap perkembangan zaman atau kebutuhan diharapkan dapat mampu mencetak masyarakat yang tangguh dan kuat pada ranah persaingan bebas saat ini.
B.     Karakteristik
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkarakter sangat diperlukan bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan berbudaya untuk masa depan. Masa depan sangat dipengaruhi bahkan ditentukan oleh perilaku (etiquette) sebagai manifestasi nilai (nilai) yang dipahami saat ini. Sedangkan perilaku itu sendiri bukanlah suatu yang instan, melainkan suatu keadaan yang sangat relative karena tergantung dinamika yang bersifat antropologis berkaitan dengan nilai-nilai kolektif dan berkolaborasi masalah ekonomi, politik, social, cultural, dan masalah lainnya. Ada sebagian masyarakat memberikan panilaian bahwa system pendidikan di Indonesia kurang mampu menciptakan budaya unggul. Penilaian ini sebagai reaksi dan sekaligus gugatan terhadap kenyataan sehari-hari, lebih-lebih kalau melihat perilaku elit di panggung politik. Kiprah politisi lebih menghadirkan kegaduhan daripada sugesti untuk membangun budaya unggul, yang menekankan kerja keras, jujur disiplin, rasa tanggung jawab, rasa bersalah, saling menghormati dan menghargai. Sebagai refleksi dari lemahnya budaya unggul terlihat jelas pula pada sikap melepas tanggung jawab, cenderung saling menyalahkan, tidak berani menghadapi risiko dan tantangan, menggrogoti sikap saling percaya, dan kehilangan krasi serta inovasi. Ciri-ciri karakter SDM yang kuat antara lain :
a.       Religious : Memiliki sikap hidup dan kepribadian yang taat beribadah, jujur, terpercaya, dermawan, saling tolong menolong, dan toleran.
b.      Moderat  :  Memiliki sikap hidup yang tidak radikal dan tercermin dalam kepribadian yang tengadah antara individu dan social, berorientasi materi dan rohani serta mampu hidup dan kerjasama dalam kemajemukan.
c.       Cerdas : Memiliki sikap hidup dan kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka, dan berpikiran maju.
d.      Mandiri : Memiliki sikap hidup dan kepribadian merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan memiliki cinta kebangsaan yang tinggi tanpa kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan hubungan antar peradaban bangsa-bangsa.
Berbicara pembentukan kepribadian tidak lepas dengan bagaimana kita membentuk karakter SDM. Pembentukan karakter SDM menjadi vital dan tidak ada pilihan lagi untuk mewuudkan Indonesia baru, yaitu Indonesia yang dapat menghadapi tantangan regional dan global. Tantangan regional dan global yang dimaksud adalah bagaimana generasi muda kita tidak sekedar memiliki kemampuan kognitif saja, tapi aspek afektif dan moralitas juga tersentuk. Untuk itu, pendidikan karakter diperlukan untuk mencapai manusia yang memiliki integritas nilai-nilai moral sehingga anak menjadi hormat sesame, jujur dan peduli dengan lingkungan.
C.    Kesehatan
Kesehatan penduduk merupakan factor yang perlu untuk ditingkatkan sebab jika penduduk terus-terusan sakit, akan berpengaruh terhadap tingkat produktvitas. Artinya, semakin banyak penduduk yang sakit, maka akan semakin rendah kualitas penduduk berdasarkan tingkat kesehatan.
Kondisi kesehatan dan gizi anak di Indonesia masih memprihatinkan. Rendahnya cakupan dan kualitas penyelenggaraan program pengembangan anak usia dini mengakibatkan kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan yang ditunjukkan dengan rendahnya derajat kesehatan dan gizi. Rendahnya derajat kesehatan dan gizi pada anak usia dini lebih banyak terjadi pada anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan yang tinggal di wilayah pedesaan, serta di wilayah dengan penyediaan layanan social dasar yang tidak memadai.
3.2.         Hasil Observasi
A.    Observasi  I
Hari/Tanggal        :  Senin/14 November 2016
Tempat                 :  Restaurant Cepat Saji daerah Kebon Jeruk
Narasumber         : Siti Maesaroh Afnita
Pewawancara       :  - Novi Fansiska
                                - Frans Cristian S.
1.      Sudah berapa lama anda bekerja?
Kurang lebih selama dua tahun
2.      Untuk menjadi seoarang karyawan ijasah apa yang anda gunakan?
Saya menggunakan ijazah lulusan SMK
3.      Mengapa anda memilih langsung bekerja daripada melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi?
Karena saya tahu perekonomian di keluarga saya kurang memadai untuk saya berpendidikan yang lebih tinggi jadi saya memutuskan untuk bekerja.
4.      Dengan lulusan saat ini, apakah nantinya anda ingin melanjutkan pendidikan?
Jika ada rejeki saya ingin melanjutkannya.
5.      Selama menjalani pendidikan tersebut, apakah anda memiliki kendala?
Mungkin kendalanya di materi pelajarannya yang sulit untuk dipahami.
6.      Bagaimana menurut anda karakteristik pelajar jaman sekarang?
Jika kita ambil segi positifnya pelajar sekarang lebih kreatif.
7.      Mengapa anda memilih pekerjaan ini?
Karena hanya lulusan SMA hanya ini yang saya bisa.
8.      Apakah pendapatan yang anda dapat bisa memenuhi kebutuhan anda setiap harinya?
Lebih dari cukup.
9.      Apakah ada perbedaan dari diri anda saat menjalani pendidikan dengan sekarang yang sudah terjun di dunia pekerjaan?
Kalau bekerja kita dituntut rapi dan menjalankan prosedur tetapi mendapatkan uang. Sedangkan saat menjadi pelajar kita belajar lama tetapi tidak mendapatkan uang.
10.  Persaingan yang bagaimana dengan sesama karyawan di dalam sebuah pekerjaan yang sama?
Persaingannya mungkin di cara kerja, kedisipinannya, kejujuran dan masing-masing wataknya berbeda.
11.  Bagaimana keluh kesah anda selama menjadi karyawan?
Disini manajemennya sih terkadang loyalitasnya tidak dihargai.

B.     Observasi II
Hari/Tanggal        : Jumat, 18 November 2016
Tempat                 : Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Barat, Kantor Walikota Jakarta Barat
Narasumber         : Bapak H. Muh. Roji (Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Barat)
Pewawancara       : - Novi Fansiska              - Eva Yulistyorini
                                - Deasy Mandasari         - Ilman Supriatman
                                - Kiki Trianti                  - Frans Cristian S.
1.      Bagaimana mutu pendidikan di Indonesia saat ini?
Pendidikan di Indonesia sudah cukup baik bisa kita lihat dari segi prestasi anak-anak Indonesia banyak yang berprestasi baik di tingkat Nasional maupun di tingkat Internasional.
2.      Apakah keadaan lingkungan pendidikan di kota berbeda dengan keadaan pendidikan di desa?
Jelas berbeda pendidikan di kota umumnya jauh lebih baik dilihat dari segi standar sarananya lebih baik sementara di desa masih banyak keterbatasan sarana dan prasarananya salah satunya yaitu sarana ruang kelasnya terbatas, juga sarana laboratorium untuk anak-anak kurang memadai dan yang tidak kalah pentingnya yaitu sarana teknologi sumber informasi, internet belum memasuki wilayah di desa-desa.
3.      Bagaimana nasib pendidikan di pelosok atau di perbatasan nusantara?
Jika berbicara nasib pendidikan di pelosok atau diperbatsan nusantara jauh lebih menyedihkan karena biasanya mereka jauh lebih tertinggal.
4.      Faktor apa saja yang mempengaruhi pendidikan di Indonesia?
Faktor yang mempengaruhi antara lain; factor ekonomi, ketersediaan tenagakerja (guru), factor sarana dan prasana. Sebenarnya jika ingin di bedah kembali, ada 8 standar nasional pendidikan antara lain; standar pembiayaan (ekonomi), standar sarana, standar pendidik (guru), standar proses, standar kurikulum, standar kelulusan, standar penilaian (Ujian Nasional), dan standar isi. Tetapi dalam berproses tidak semuanya standar, saat di  daerah-daerah kekurangan sarana prasana maupun pendidik sedangkan di DKI Jakarta sendiri semuanya serba berlimpah, itu yang menyebabkan tidak merata antara di desa dan dikota.
5.      Apa tujuan sebenarnya pendidikan di Indonesia?
Tujuan pendidikan di Indonesia sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Sistem Pendidikan Nasional disitu dikatakan bahwa, “Tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk manusia Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kecerdasan, dan berakhlak mulia”
6.      Sejauh mana peran pemerintah dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia?
Peran pemerintah dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia tentu sangat penting karena sesuai amanat UUD 1945 bahwa, “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak” itu tugas pemerintah harus menyediakan anggaran minimal 20% untuk alokasi pendidikan melalui APBN. Untuk DKI Jakarta sendiri APBD sudah sekitar 27%. Pemerintah saat ini sudah cukup berperan dengan membangun sekolah, mengadakan pengangkatan recruitment pengangkatan guru, menambah fasilitas arana pembelajaran, dan bukan hanya pemerintah melainkan lembaga-lembaga pendidikan swasta yang mengadakan pendidikan sekolah-sekolah swasta.

7.      Siapa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan di Indonesia?
Pemerintah, dalam hal ini di implementasikan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sementara di Pemerintahan Daerah melalui Gubernur atau Bupati Walikota, Bupati Walikota melalui Kepala Dinas Pendidikan.
8.      Bagaimana program pemerintah dalam pendidikan di Indonesia?
Programnya disusun berdasarkan Program Rencana Kerja Pembangunan Pemerintah jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Jika dahulu ada namanya GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara).
9.      Sekarang ini banyak anak-anak yang putus sekolah atau bahkan tidak bersekolah sama sekali dan bisa dirata-ratakan yang menjadi penyebabnya karena factor ekonomi, bagaimana tindakan pemerintah dalam mengahadapi permasalahan tersebut?
Tidak menutup mata memang sekarang masih banyak yang tidak bersekolah karena tidak mampu. Alhamdulillah untuk di DKI Jakarta sendiri sudah memilki program wajib belajar 12 tahun, artinya anak-anak yang usianya 15,16,17,18 tahun harus bersekolah, jika terdapat diketahui ada anak yang tidak bersekolah pemerintah melalui pemda DKI wajib mengambil anak itu lalu dimasukkan ke Panti Asuhan dan kemudian di sekolahkan, jika memang tidak kemungkinan tinggal di panti atau tinggal di rumah orangtuanya wajib bersekolah kalaupun tidak bersekolah paling tidak wajib mengikuti program paket kesetaraan, Jika belum lulus SD wajib mengikuti ujiankesetaraann Paket A, yang belum lulus SMP wajib mengikuti ujian kesetaraan Paket B, yang belum lulus SMA/SMK bisa mengikuti ujian kesetaraan Paket C. Dan untuk DKI Jakarta sendiri oleh Pemda sudah di danai melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP) dapat mendorong anak-anak tetap bisa bersekolah baik di negeri maupun swasta.
10.  Dan mengapa pendidikan di Indonesia masih terhalang dengan yang namanya ekonomi?
Saya belum mengamati sebenarnya. Memang di Indonesia terkendalanya dari factor lingkungan tadi kadang-kadang orangtua murid/masyarakat yang putus sekolah terbentur biaya, yang kedua letak sekolahnya jauh dari rumahnya jadi transportasipun sulit biasanya ini terjadi di pedesaan. Kalau untuk Wilayah DKI Jakarta sudah tidak ada lagi yang memiliki hambatan factor ekonomi bahkan di Kepulauan Seribu yang masih masuk wilayah DKI Jakarta yang termasuk wilayah terpencil ada kewajiban pemerintah DKI melalui Bupati Kepulauan Seribu mewajibkan tetap harus sekolah. Dengan cara mengikuti program Paket C yang tidak harus bersekolah setiap hari dan bahkan paginya dia bisa usaha dan siangnya bisa mengikuti di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
11.  Jika banyak anak-anak yang tidak bersekolah seperti sekarang ini bagaimana kualitas SDM di Indonesia ke depannya?
Ya yang pasti Indonesia ke depan akan kalah bersaing dalam hal dari sisi SDM nya akan kalah tertinggal dengan bangsa lain.
12.  Seberapa pengaruhkah pendidikan bagi SDM di Indonesia?
Jika berbicara pengaruh pendidikan bagi SDM jelas sangat berpengaruh dalam kata lain bahwa ke depan pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap generasi muda untuk meningkatkan skill kompetesinya untuk menghadapi perdagangan bebas ASEAN, untuk menghadapi dunia yang globalisasi dan lain sebagainya.
13.  Bagaimana mutu SDM saat ini?
Jika dilihat dari sisi banyak sedikitnya orang pintar saat ini sudah banyak. Menurut saya mutu SDM Indonesia cukup baik, cukup kompetitif untuk menghadapi era globalisasi, indikatornya yaitu banyak generasi muda bangsa Indonesia yang sukses dalam hal karir maupun di dunia bisnis atau wirausaha. Contohnya bisa kita ambil yaitu Ibu Sri Mulyani salah satu rakyat Indonesia yang sukses dalam menangani Bank Dunia.
14.  Lulusan Sarjana Keguruan saat ini banyak, tapi masih banyak yang mengundurkan diri, padahal di pelosok negeri (terutama yang semakin jauh dari perkotaan) masih sangat membutuhkan tenaga pendidik. Bagaimana kita bisa menyikapi fenomena tersebut?
Justru saat ini banyak yang latar belakangnya bukan sarjana keguruan ingin menjadi guru. Tidak sedikit teman-teman saya yang dari fakultas hokum gelarnya SH dan masuk ke sekolah menjadi guru. Tapi tidak sedikit juga yang latar belakangnya guru nasibnya bagus menjadi pengusaha, wirausahawan, karyawan dan sebagainya. Lulusan Sarjana Keguruan tidak mau mengajar karena gaji guru yang kecil apalagi di daerah terpencil.
15.  Bagaimana proses recruitment tenaga kerja di bidang pendidikan?
Unttuk di DKI Jakarta dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) untuk mengangkat tenaga honorer dengan sistem Program Kontrak Kerja sampai dengan satu tahun dengan gaji 3.100.000.
16.  Cara pendidikan yang bagaimana untuk membenahi moral anak muda jaman sekarang yang dapat mempengaruhi SDM di Indonesia?
Yang jelas kita lebih melalui pendidikan karakter yang masuk didalamnya nilai-nilai di pelajaran agama, pkn, tetapi untuk sekarang ini lebih ditekankan lagi semua guru mengajarkan nilai-nilai kejujuran, sopan santun, etika, kasih saying, kepeduliaan, yang berintegritas. Dan nantinya akan ada program namanya Full Day School yang didalamnya lebih mementingkan karakter.
17.  Apakah pembenahan moral atau pendidikan karakter itu bisa di wujudkan?
Bisa saja di wujudkan yaitu melalui pendidikan yang menanamkan nilai-nilai moral, budi pekerti. Pendidikan ini bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggungjawab masyarakat dan keluarga dirumah.
18.  Bagaimana kualitas SDM di Indonesia jika banyak yang hanya mengandalkan ijasah SMA atau bahkan SMP?
Pasti akan tertinggal dengan bangsa lain yang jelas kedepan pendidikan ini kita dituntut memiliki pendidikan setinggi-tingginya yang memiliki kompetensi, mereka bisa dituntut untuk menjadi wirausaha atau entrepreneurship.
19.  Bagaimana cara pemerintah meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia?
Yang pertama dengan meningkatkan kualitas gurunya melalui diklat pelatihan guru semua mata pelajaran, cara yang lainnya yaitu membangun sekolah-sekolah yang difasilitasi standar sarana dan prasarana yang lengkap, dan dengan mengalokasikan anggaran yang cukup sesuai UUD 1945.
20.  Bagaimana cara pemerintah meningkatkan mutu SDM di Indonesia?
Tidak melihat dari usia, kita berusaha dorong untuk lanjut ke pendidikan yang lebih tinggi untuk meningkatkan mutu SDM. Memberikan kesempatan masyarakat mengakses pendidikan sudah terbuka luas.
C.    Observasi III
Hari/Tanggal        :  Sabtu/20 November 2016
Tempat                 : Sekitaran Kampus BSI Cengkareng
Narasumber         : Sri Dwi Rahmawati
Pewawancara       :  - Deasy Mandasari
                                - Novi Fansiska   
1.      Kapan kamu terakhir merasakan bangku sekolah?
Kelas 4 SD
2.      Apa yang membuat kamu berhenti sekolah?
Ekonomi keluarga, saat itu kendala di pembayaran uang sekolah.
3.      Apakah ini kemauan sendiri atau memang ada pengaruh dari orang tua?
Ini kemauan saya sendiri
4.      Bagaimana tanggapan orangtua kamu saat kamu memutuskan berhenti sekolah?
Orangtua sebenarnya tidak setuju karena saya hanya berada di rumah saja tidak bersekolah.
5.      Saat merasakan bangku sekolah bagaimana suasana di sekolah kamu?
Senang, ramai, banyak ilmu yang didapatkan.
6.      Bagaimana guru dan teman-teman yang kamu tempati?
Berbagai macam karakter, baik ada yang galak juga.
7.      Bagaimana perasaan kamu saat berhenti sekolah?
Merasa bosan sebenarnya, terkadang juga sering melihat teman setelah pulang sekolah dan memiliki keinginan untuk bersekolah kembali.
8.      Setelah memutuskan untuk berhenti bersekolah, apa yang kamu lakukan?
Dahulu sempat bekerja tetapi karena jarak rumah ke tempat kerja jauh jadi saya memutuskan untuk berhenti dan sekarang hanya bantu-bantu orang tua dirumah.
3.3.         Analisis
Dari hasil observasi dengan beberapa orang tersebut kami menganalisis menurut Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta barat bahwa kualitas Pendidikan di Indonesia khususnya DKI Jakarta sudah cukup baik, dilihat dari segi anak-anak Indonesia yang berprestasi di tingkat Nasional maupun Internasional, selain itu sarana dan prasananya sudah lengkap, kuantitas guru yang semakin hari semakin banyak. Tetapi berbeda dengan keadaan pendidikan di desa ataupun di daerah pelosok. Masih ada beberapa daerah yang bahkan tidak mempunyai gedung sekolah sendiri, sarana prasarananya masih sangat minim, dan yang lebih mirisnya lagi kuantitas guru atau pendidik disana masih sedikit, terlebih lagi factor ekonomi pun menjadi hal utama. Untuk di DKI Jakarta sendiri sudah ada program wajib belajar 12 tahun, dimana seluruh anak-anak tidak memiliki alasan untuk tidak bersekolah, pemerintah menyalurkan dana melalui APBD dan saat ini juga sudah ada program KJP (Kartu Jakarta Pintar) dan di DKI Jakarta factor ekonomi bukanlah factor utama mengapa mereka harus putus sekolah. Ada 8 standar nasional pendidikan antara lain :
1.      Standar pembiayaan (ekonomi)
2.      Standar sarana dan prasarana
3.      Standar pendidik (guru)
4.      Standar proses
5.      Standar kurikulum
6.      Standar kelulusan
7.      Standar penilaian
8.      Standar isi
Tujuan pendidikan di Indonesia yang sebenarnya sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional disitu dikatakan bahwa, “Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk membentuk manusia Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kecerdasan dan berakhlak mulia” Pemerintah bertanggung jawab bagi pendidikan di Indoensia. Dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia peran pemerintah sangat penting yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31 yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak” Pemerintah telah menyiapkan anggaran untuk pendidikan melalui APBN minimal 20%, untuk wilayah DKI Jakarta sendiri sudah hampir 27% disalurkan. Program pemerintah dalam dunia pendidikan disusun berdasarkan Program Rencana Kerja Pembangunan Pemerintah jangka pendek, menengah dan panjang. Untuk di DKI Jakarta sudah tidak banyak anak-anak yang putus sekolah karena dari pihak PEMDA mewajibkan agar anak-anak harus tetap bersekolah dengan pendidikan formal seperti sekolah-sekolah pada umumnya ataupun pendidikan non formal seperti home schooling atau pun dengan program paket kesetaraan.Tetapi jika kita lihat keluar masih ada beberapa anak yang memutuskan berhenti sekolah karena factor ekonomi yang diharuskan membayar biaya sekolah bulanan (SPP) bisa kita ambil contoh dari narasumber kita (Sri), dia merasa malu ditegur karena menunggak pembayaran SPP dan merasa kasihan dengan orangtuanya,akhirnya dia memutuskan untuk bekerja. Jika banyak yang mememutuskan berhenti sekolah maka SDM di Indonesia akan kalah tertinggal dengan bangsa lain, karena pendidikan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan SDM dalam arti lain bahwa kebutuhan pokok bagi setiap generasi muda untuk meningkatkan skill kompetensinya untuk menghadapi perdagangan bebas ASEAN. Untuk mutu SDM Indonesia saat ini cukup kompetitif, cukup baik untuk menghadapi era gloalisasi, karena tidak sedikit saat ini generasi muda yang sukses. Dalam meningkatkan SDM di Indonesia dalam bidang pendidikan di DKI Jakarta diadakan proses recruitment keguruan yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dengan sistem guru honorer atau dengan kata lain Program Kontrak Kerja sampai dengan 1 tahun dengan gaji Rp 3.100.000,- Selain dengan proses recruitment, untuk meningkatkan mutu SDM di Indonesia yaitu salah satunya harus membenahi moral anak muda jaman sekarang bisa melalui pendidikan karakter melalui mata pelajaran Agama dan PKN yang didalamnya terdapat nilai-nilai, tetapi sekarang ini para pendidik semua mata pelajaran tanpa terkecuali di tuntut agar mengajarkan nilai-nilai kejujuran, sopan santun, etika, kasih sayang, kepedulian yang berintegritas dan sebagainya. Saat ini justru banyak orang-orang yang hanya mengandalkan ijazah SMA atau bahkan SMP untuk bekerja. Bisa kita ambil contoh pada narasumber (Afnita), dengan lulusan SMA dia bekerja di sebuah Restaurant Cepat Saji sudah hampir dua tahun. Dia mempunyai niat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi factor ekonomi tidak mendukung. Jika banyak penerus bangsa yang hanya mengandalkan ijazah SMA atau sederajat maka SDM bangsa Indonesia akan tertinggal dengan bangsa lain, jelas kedepannya kualitas pendidikan harus ditingkatkan kembali. Cara meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yaitu dengan meningkatkan kualitas gurunya, menambah sarana dan prasananya, dan juga tidak kalah penting kita harus menanamkan pendidikan karakter sejak dini agar SDM di Indonesia semakin meningkat, jika kualitas pendidikan meningkat maka akan meningkatkan SDM Indonesia pula. 


BAB IV
PENUTUP
4.1.         Kesimpulan
Dari data observasi diatas dapat kami simpulkan bahwa hal-hal yang mempengearuhi kualitas SDM yaitu salah satunya pendidikan, jika kualitas pendidikan baik maka kualitas SDM juga akan baik. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan bisa dilihat dari kualitas dan kuantitas pendidiknya (guru), sarana dan prasarana dan keadaan ekonomi masyarakat.
Di Indonesia khususnya di DKI Jakarta kualitas pendidikannya sudah cukup membaik, dilihat dari semua factor yang mempengaruhi, dan berbagai macam program pemerintah seperti KJP, KIP, dan anggaran APBD. Sebenarnya pemerintah sudah memfasilitasi anak-anak Indonesia dengan baik, tetapi tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan faktor lingkungan yang baik, sehingga secara langsung semua orang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan SDM. Namun dampak dari teknologi yang lebih maju membuat karakter penerus bangsa lebih mengutamakan gaya hidup yang mewah, lebih introvert, sehingga sulit mempunyai networking yang luas. Tetapi jika dilihat dampak positifnya pelajar saat ini lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan hal-hal baru.
Tetapi kualitas pendidikan dan SDM di DKI Jakarta berbeda dengan keadaan di pedasaan ataupun pelosok yang sulit mengakses jaringan internet, ketersediaan guru yang masih kurang bahkan ada beberapa lulusan guru disana justru bertransmigrasi ke kota-kota besar, sarana prasarana yang kurang bahkan ada yang tidak memiliki gedung sendiri, akses perjalanan menuju ke sekolah pun masih sulit dijangkau. Namun mereka memiliki faktor lingkungan yang cukup baik, karena nilai dan moral mereka masih belum terpengaruh oleh gaya hidup yang hedonisme karena pendidikan agama mereka lebih diutamakan dan masih melekat. Tetapi semangat mereka lebih tinggi dan bertolak belakang dengan keadaan fasilitas disekolahnya.
4.2.         Saran
Untuk pelajar khususnya di wilayah DKI Jakarta bisa memanfaatkan fasilitas pendidikan yang diberikan oleh pemerintah dengan sebaik-baiknya dan tidak mengesampingkan pindidikan moral dari lingkungan keluarga, kita bisa memulai dari diri sendiri sehingga kita bisa meningkatkan kualitas SDM dan Pendidikan di Indonesia. Dan untuk para pendidik di desa agar tetap terus membantu pemerintah mencerdaskan anak bangsa di daerah pelosok.


DAFTAR PUSTAKA


LAMPIRAN-LAMPIRAN

1.     Narasumber 1 Saudari Afnita (Karyawati Swata)
2.     Narasumber 2 Bapak H. Muh. Roji (KASUDIN Pendidikan Wilayah I Jakarta Barat)
3.     Narasumber 3 Saudari Sri (Korban Putus Sekolah)